Penyebab Kegagalan Proyek Teknologi Informasi
Bila tidak ada tugas mata kuliah manajemen proyek yang membuat tulisan mengenai apa saja hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan pada proyek teknologi informasi.
Mungkin tidak akan pernah mengetahui agak rinci tentang kegagalan proyek berbasis teknologi informasi. Apabila kita ingin mengetahui perincian suatu permasalahan maka tentu saja mencari jurnal sejenis yang membahas masalah ini, dan akhirnya menemukan dua buah jurnal yang cukup mewakilinya yakni:
- Belajar Dari Kegagalan Proyek-Proyek Teknologi Informasi
- Kegagalan Proyek Sistem Informasi ERP pada Perusahaan Foxmeyer
Maka rangkuman secara singkatnya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan riset (Bloch dkk., 2012) mendapatkan statistik bahwa rata-rata tingkat kegagalan proyek TI skala besar adalah:
- 45% mengalami kekurangan anggaran
- 7% mengalami perpanjangan waktu
- 56% mampu memberikan manfaat yang dijanjikan
Lalu survey (Zarella dkk., 2005) memberikan statistik yang juga hampir sama, yaitu:
- Dalam satu tahun para responden mengalami satu kali kegagalan proyek mencapai 49%,
- Dalam periode yang sama, hanya 2% dari seluruh organisasi yang berhasil mencapai manfaat yang ditargetkan,
- Dari 86% organisasi yang disurvei kehilangan sampai 25% dari target keuntungan dari seluruh portfolio proyek.
Tapi perlu juga diperhatikan bahwa kegagalan proyek-proyek tersebut juga bisa terjadi dalam jangka panjang. (Larsen & Myers, 1999) sebuah proyek dapat dianggap sukses ketika awalnya diluncurkan, namun dapat berubah menjadi suatu kegagalan.
Meskipun hasil keuangan organisasi meningkat dalam jangka pendek, implikasi jangka panjang dari perubahan sistem TI pun dapat sangat mengkhawatirkan.
Penyebab kegagalan proyek TI dapat kita identifikasi ada lima (Krisman, 2011) yakni:
- Persyaratan: tidak jelas, kurangnya kesepakatan, kurangnya prioritas, dan tidak tepat.
- Sumber Daya: kurangnya sumber daya, adanya konflik, penggantian SDM kunci, dan perencanaan yang buruk.
- Risiko: tidak dapat diidentifikasi serta tidak dikelola
- Jadwal: Terlalu ketat, tidak realistis, dan terlalu optimis.
- Perencanaan: Berdasarkan data yang tidak cukup, kurang rinci, dan ada hal-hal yang terlewatkan.
Kemungkinan terbesar kegagalan proyek TI terjadi pada dua tipe proyek berikut (Zarella dkk., 2005):
- Proyek dengan kompleksitas tinggi: Semakin tinggi tingkat kesulitan suatu proyek maka memiliki tingkat kegagalan lebih tinggi. 83% dari responden dari survey mereka mengindikasikan bahwa proyek dengan tingkat kesulitan tinggi cenderung lebih mungkin gagal dibandingkan tingkat kesulitan rendah.
- Proyek berjangka pendek: 49% responden mengindikasikan bahwa proyek jangka pendek (< 1 tahun) perlu lebih diawasi dan lebih besar kemungkinan gagalnya dibanding proyek yang durasinya lebih lama, dimana hanya 14% mengindikasikan bahwa proyek jangka panjang (>2 tahun) lebih mungkin gagal. Catatan responden menunjukkan bahwa tingkat fokus manajemen pada proyek yang besar dan berdampak luas akan meningkatkan tingkat kesuksesannya.
Perlu diperhatikan juga bahwa kegagalan suatu proyek TI sangat berpotensi untuk merugikan pelanggan. (Zarrella dkk., 2005) menunjukkan bahwa 43% responden mengindikasikan bahwa kegagalan proyek berdampak¬ langsung pada pelanggan, yang direpresentasikan dengan menurunnya kepuasan pelanggan dan berkurangnya ¬keunggulan kompetitif.